Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki kebiasaan atau gaya berkomunikasi unik. Salah satu contohnya adalah seorang penerjemah yang saya temui beberapa waktu lalu. Setiap kali kami bertemu, ada satu hal yang membuat saya penasaran. Ia selalu menyapa dengan pertanyaan, namun sebenarnya itu hanya pernyataan yang menyamar sebagai pertanyaan.
Misalnya, "Cuaca cerah hari ini, bukan?" atau "Anda sudah makan siang?" Pada awalnya, saya merasa terdorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa sang penerjemah sebenarnya tidak benar-benar ingin tahu jawaban dari pertanyaannya. Kalimat-kalimat itu hanya menjadi bentuk pengantar untuk memulai percakapan.
Pada awalnya, saya mencoba menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memberikan jawaban. Namun, sang penerjemah selalu langsung beralih ke topik lain tanpa memberikan waktu untuk menjawab dengan lengkap. Akhirnya, saya merasa bahwa pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya tidak perlu ditanggapi sama sekali.
Saya mulai merenung tentang mengapa sang penerjemah selalu menggunakan kalimat-kalimat semacam itu. Apakah ia kurang kreatif dalam menyampaikan sapaan? Setiap pagi, kalimat yang sama terulang lagi dan lagi. Saya merasa ada begitu banyak kemungkinan yang bisa ia gunakan untuk menyapa dengan kata-kata yang lebih menarik atau bahkan lebih baik.
Namun, dalam perjalanan penelusuran saya, saya menyadari bahwa mungkin ada alasan di balik pola komunikasi sang penerjemah. Mungkin ia menggunakan kalimat-kalimat tersebut sebagai bentuk rutinitas atau kebiasaan yang terbentuk lama. Atau mungkin ia ingin menjaga keakraban dalam percakapan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang sudah dikenal dan akrab baginya.
Terlepas dari alasan di balik pertanyaan-pertanyaan menyamar ini, saya menyadari bahwa setiap orang memiliki cara berkomunikasi yang unik. Kita mungkin tidak selalu memahami mengapa seseorang berkomunikasi dengan gaya tertentu, namun penting untuk tetap terbuka dan menghargai perbedaan tersebut.
Dalam kasus jasa penerjemah, saya belajar untuk menerima pola komunikasinya yang unik. Meskipun kadang-kadang terasa aneh atau menyulitkan untuk menanggapinya, saya belajar untuk melihat melampaui kalimat-kalimat itu dan fokus pada esensi percakapan yang sebenarnya.
Misteri yang tersembunyi di balik sang penerjemah dan pertanyaan-pertanyaannya yang menyamar sebagai kalimat tetap menjadi tanda tanya bagiku. Namun, satu hal yang pasti, pengalaman ini mengajarkan saya untuk lebih memahami dan menghargai cara orang lain berkomunikasi.